Friday, September 26, 2008

Harta Karun

Rumah orangtuaku di Griya Indah Jogja seperti pulau harta karun buatku.
Setiap ruang dan isinya membawa ingatan berharga.
Dan malam ini aku menemukan lembaran foto yang momen-momennya terasa berada di abad lain...am I that old? ^_^

Ada foto sewaktu kami masih di Samarinda. Aku berumur 6 tahun dengan baju oranye yang tampak udel. Seksi bo! Huehehehe...
Ada foto waktu SD, SMP dan SMA bersama keluargaku. Di Baron, di Kaliurang, di lesehan dekat samsat yang sekarang sudah tutup, di rumah Mbak Ira Kranggan...
Ada foto waktu wisuda di Bandung, waktu pernikahanku, waktu hamil Damar...

Dan yang terpenting, aku menemukan banyak foto alm Papah.

Masih banyak sudut dan tumpukan yang belum sempat kuberantakin.
Mungkin besok.
Siapa tau aku akan menemukan hal-hal lain yang menarik untuk kuceritakan ke Damar =)

Wednesday, September 24, 2008

Stories in Jogja

I'm home!
It's my 4th day in jogja, and i'm enjoying it.
Don't have much time to write since we have five 'babies' at home! Mine and my sister's ^_^
Damar 4 y and 2 mo, Rakha 3 y and 9 mo, Rayyan almost 2 yo, Dimas 1 y and 9 mo, and the newest member of the gang, Chika 3 mo...wow! griya indah home feels like kindergarden already...

So, it's just us (Nenek Nurul, aunty Mala, Mbak Mima and me) and them. Cause Dewo and mas Bagus are still working in Jakarta and Sidoarjo. No Nanny, No maid, No assistant.
We have to try our best to avoid them for biting and kicking and punching each others.
Believe me, it's not that easy, man!

They're like the fastest babies ever! Superbabies!
Except Chika, she's so sweet and calm. Maybe because she's the only baby girl at home.

Yesterday we went to Kasongan. Full squad! The boys really enjoyed their time together and got their wooden toys. But, really, it's tired to go shopping with kids =(
Maybe, that's good thing. So we won't be spent so much money,hehehehe...

I think Damar misses his daddy. He said to me last night, "Kok Papah gak dateng-dateng ya?"
Dewo will join us this saturday, Insya Allah. He will take the car from Jakarta to Jogja.
And we have so much plan for you, Dad! ;P

Mom wants to take you to Kasongan again, or Mirota Batik at Malioboro
(huehehehe, beware, Wo!)
Damar wants to take you to Gramedia to buy him Doraemon.
I'm not sure with Dimas, Dad, but maybe he just want you to carry him
We miss you!










Thursday, September 18, 2008

My mom's amaryllis


Bunga bakung ini dibeli Mamah tahun 2006 lalu.
Waktu dibeli di sogo jongkok sektor 9 Bintaro tanaman ini berbunga indah, namun setelah dibawa pulang beberapa minggu kemudian bunganya layu.
Dan tak pernah berbunga lagi.
Sampai 2 hari yang lalu.
Waktu sedang menyiram kebun tiba-tiba kulihat bakal bunga yang sudah 2 tahun tidak pernah ada. 1, 2, 3....horeee! Ada 3 bunga =D
Ternyata tidak sia-sia tanaman Amaryllis atau Hippeastrum ini tetap kusimpan.
Waktu kupindah ke tanah sekitar 2 atau 3 minggu yang lalu dia sempat kuajak ngobrol, " Bakungnya Mamah, tumbuh subur ya. Jangan mati."
Itu doa wajibku setiap memindah atau menanam tanaman :P
Alhamdulillah, Si Bakung juga semangat untuk tumbuh, dan berbunga lagi!
Kufoto karena aku tidak tau kapan lagi dia akan berbunga.
Mungkin another 2 years, tapi kuharap akan lebih sering.
Nanti pulang ke Jogja mau kupamerin ke Mamah ah, hehehe...

Friday, September 12, 2008

My Mom

Beberapa hari yang lalu aku ke tempat Eyang maryono, tetangga kompleks, yang berjualan lauk pauk selama bulan Ramadhan. Kebetulan sore itu pembelinya banyak sehingga suaminya harus ikut sibuk di dapur. Melihat mereka berdua ada sedikit haru di dalam hati. Aku teringat Mamah yang hanya berdua Mala di rumah.


My mom, Nurul Farida, was born and grew up as a country girl.
Mamah biasa berenang bolak-balik sungai mahakam di depan rumah nenek di Melak.
Punya banyak fans ketika SMA tapi akhirnya menikah dengan papah yang saat itu menjadi guru bantuan di SMA Melak. Their age differences was 12 years.


Setelah menikah mamah menjadi ibu rumah tangga sejati, menempatkan suami dan anak-anak di urutan pertama. Aku ingat melihat mamah memasak di dapur dan tak sabar untuk segera makan karena masakan mamah paling uenak sedunia!


Mamah juga yang mengajari cara menangkap kepiting kecil di selokan berair jernih di depan rumah kami. Yaitu dengan mengikatkan sesiung bawang putih pada seuntai benang.
Jalan Juanda, Samarinda, tahun 80-an masih sedikit penghuninya. Jika saat itu ada yang melintas di sebuah rumah di Jalan Juanda no 82 Samarinda, pasti ada seorang anak perempuan yang sedang duduk di pinggir selokan rumahnya sambil memegang benang. :)


Sepertinya dari mamah aku suka olahraga. Aku ingat sering menonton mamah bermain tenis dan voli di kantor kehutanan Samarinda. Dan kalau Mamah ada pertandingan persahabatan ke daerah aku pun tidak ketinggalan.


Ketika aku dan saudari-saudariku belum bisa membaca, mamah lah yang membacakan semua buku dan majalah itu untuk kami. Kemudian mengajari dan membantu mengerjakan pekerjaan rumah ketika kami mulai duduk di sekolah dasar.


Saat bulan puasa, aku sering duduk di belakang rumah membantu mamah menyuci piring sehabis sahur. Karena air PAM di Kalimantan dulu adalah hal yang mewah (bahkan sampai sekarang, lebih sering mati daripada mengalirnya), kami sering menyuci piring tidak di bawah keran tapi menggunakan air yang ditampung di ember di luar rumah.


Sambil mendengarkan suara azan atau ayat-ayat Quran dari surau di balik tembok belakang rumah aku akan mengobrol dengan mamah, atau cuma terdiam sambil mencari morning star alias bintang timur di langit sebelum subuh yang masih gelap.
At the moment i thought we'd live forever, i thought my parents would grow old together.


Mamah sepeninggal papah adalah mamah yang kuat.
Ya, dulu mamah selalu menangis, sama seperti aku yang menangis setiap hari selama hampir usia kandungan Damar (maaf ya, nak...)
Yang paling kuingat sampai sekarang adalah sehari setelah papah tidak ada. Mamah membuka kulkas dan melihat segelas makanan suplemen papah yang belum sempat diminum.


Tapi akhirnya semua harus berjalan sesuai kehendak-Nya...


Mamah yang sekarang adalah mamah yang mandiri. Sibuk dengan dagangan di warung yang dibuka di garasi rumah setahun setelah kepergian papah. Sibuk dengan tanaman-tanamannya. Terkadang sibuk dengan tetangga dan teman-temannya. Dan yang pasti selalu direpotkan oleh cucu-cucunya. Terutama anak-anak mbak Mima, karena dia bekerja di luar rumah sementara aku stay-at-home mom. Tapi Mamah tidak pernah memanjakan kami. Sebaliknya kami didorong untuk selalu mandiri dan apa-adanya, seperti apa yang papah selalu tekankan kepada anak-anaknya.
Mamah dan Papahku adalah busur yang ada dalam pikiran Kahlil Gibran.
"You are the bows from which your children as living arrows are sent forth"
Begitu ikhlas dan kuat.


Semoga aku bisa menjadi ibu sebaik Mamah....
Semoga aku bisa mengatakan pada diriku, hal yang dikatakan juga oleh penyair Lebanon itu.
"Your children are not your children. They are the sons and daughters of Life's longing for itself"

Hmmmmm.....^_^

Can't wait to see you next week, mom!
My mom, mamah paling hebat di seluruh jagad rayaku =)




mamah, mala, little damar dan little rakha

why do i write these words

I've been writing my journal since i was a little girl, perhaps 10 years old.
Aku menulis di buku-buku dengan sampul-sampul yang lucu dan indah selama sekolah, dan menulis di komputer pribadiku ketika kuliah. Maybe i'm not good at it but I love writing.
Tapi aku tidak pernah tertarik menjadi blogger. Sampai kira-kira beberapa bulan lalu.
Sebelum di Bintaro, kami berpindah-pindah. Sibuk dengan rumah, pekerjaan dan anak-anak, tidak sempat (dan tidak kenal) dengan internet. Kadang keseharianku dibatasi oleh 4 dinding rumah, and well, I was a little bit frustrated sometime (just ask my hubby,he knew it!hehehe...).

Maret 2008 kami pindah ke rumah baru di Althia Park, Bintaro. Ukurannya kecil tapi karena terletak di sudut dan disamping taman jadi kami jatuh cinta dan betah disini.
Akhirnya setelah 5 taun lulus dari kuliah aku kembali menyentuh internet, and here I am.
Mencuri waktu ketika Damar dan Dimas tidur, sambil menepuk-nepuk nyamuk,
di depan komputer dan monitor tua yang sama yang kugunakan ketika menulis Tugas Akhir,
komputer intel celeron yang sama yang digunakan almarhum Papah beberapa tahun yang lalu.

Inspired by Ifa, temen SMP dulu di Jogja, "Ayo Diah, nulis. Biar ntar blognya buat dibaca anak-anak kalau dah gede!"
Juga karena aku tersadar sering meng-google nama Mohammad Amang tapi tetap tidak menemukan apa-apa...
I'm looking for my father's footprints, I'm looking for something that reminds me of him...
cause right now, i don't even have his photograph.

Aku harus ingat untuk menanyakan foto papah ke mamah ketika aku pulang ke jogja lebaran ini.
Bukan berarti jejak langkah itu sama sekali menghilang. Kupikir kenangan itu selalu ada ketika aku memandang anak-anakku. Juga ketika aku melihat tumpukan buku di rumah.
Aku ingat aku dan saudara-saudaraku tumbuh bergelimang buku. Kami jarang jalan-jalan atau makan di luar, tapi buku? Dari mulai majalah, buku-buku enid blyton, dongeng hans andersen, serial STOP, Pippi Longstocking, ensiklopedia, otobiografi hoegeng, Kuantar kau ke gerbang (yang membuatku sebal dengan Bung Karno...), sampai buku-buku tua yang kuambil dari bagian teratas lemari papah di ruang tamu rumah Samarinda dulu.
Buku-buku itu sekarang memang sudah tidak kusimpan, karena dulu setiap pulang ke Melak atau orang Melak datang berkunjung ke Samarinda buku-buku berharga itu akan berpindah tangan.
Baru kusadari, kecintaanku pada buku, dulu dan sekarang, adalah warisan yang tidak ternilai.
Jejak itu juga terlintas ketika aku melangkah sekarang sebagai seorang ibu, istri, sebagai seorang manusia. Kata-kata dan perbuatan kedua orang tuaku telah membekas dalam dan membentuk siapa aku sekarang.

Jadi, aku menulis lagi.
dan suatu hari nanti, entah kapan, ketika Damar dan Dimas membutuhkannya,
mereka akan menemukan kami dimana-mana ^_^
Just do your best and live your best life, my sons...
Be strong, kind, and good persons.
i love you so much.






Hari ini

Hari ini hari ke-12 puasa.
Dewo sudah keluar kota sejak Rabu pagi. Tadi dia menelpon dan bilang baru bisa pulang Selasa minggu depan (sigh...).

Padahal Damar sudah menunggu-nunggu Jumat malam :(

Entah kenapa kepergian Papahnya yang sekarang ini bikin Damar uring-uringan.
Waktu berangkat ke Medan subuh rabu kemarin Damar mengamuk! Sambil nenteng sandal dia lari mau masuk ke mobil kantor yang menjemput Dewo. Padahal biasanya kalau dewo mau berangkat kerja atau keluar kota Damar lempeng aja dan cuma minta oleh-oleh pesawat terbang (always!)


Dulu waktu masih sendiri atau setelah ada Damar, kepergian Dewo keluar kota selalu membuat rumah sunyi. Apalagi 5 tahun nikah kita terbiasa single fighters. Tidak ada orangtua atau saudara, tidak ada asisten di rumah. Just me or me and damar. Yang sama-sama diam.

Sekarang ada Dimas dan Mbak Yuk. Yang sama-sama rame :)


But, still...ada yang hilang. Yang bikin masak males.
Yang bikin hari terasa panjang, karena tidak ada yang ditunggu pulang kantor.
Weekend ini juga gak ada yang dibujuk buat jalan-jalan atau bangun pagi.

Huh...kok jadi ngelangut to ya...


Damar nanya kapan Papah pulang.
Kalau Dimas kayaknya masih sedikit cuek.
Cuman terkadang kalau terbangun malam dia langsung duduk sambil noleh kanan kiri.

Daddy,s sons...



Monday, September 1, 2008

In The Living Years

I'm always a big fan of Mike & The Mechanics.
I love 'over my shoulders' and 'in the living years' since i was in middle school.



"Every generations
Blames the one before
And all of their frustrations
Come beating on your door
I know that I'm a prisoner
To all my Father held so dear
I know that I'm a hostage
To all his hopes and fears
I just wish I could have told him in the living years


Crumpled bits of paper
Filled with imperfect thought
Stilted conversations
I'm afraid that's all we've got
You say you just don't see it
He says it's perfect sense
You just can't get agreement
In this present tense
We all talk a different language
Talking in defence


say it loud, say it clear
You can listen as well as you hear
It's too late when we die
To admit we don't see eye to eye


So we open up a quarrel
Between the present and the past
We only sacrifice the future
It's the bitterness that lasts
So Don't yield to the fortunes
You sometimes see as fate
It may have a new perspective
On a different day
And if you don't give up, and don't give in
You may just be O.K.


Say it loud, say it clear
You can listen as well as you hear
It's too late when we die
To admit we don't see eye to eye"


I wasn't there that morning
When my Father passed away
I didn't get to tell him
All the things I had to say
I think I caught his spirit
Later that same year
I'm sure I heard his echo
In my baby's new born tears
I just wish I could have told him in the living years





The first night of Ramadhan, 5 years ago, my dad passed away.
October 25, 2003 i think.
I was in Balikpapan when my mom told me to go home to jogja,
i arrived in jogja at magrib time, hoping to see him again.
But i never had a chance to say how much i love my dad.




I'm sorry, pah.


Who do I think when I remember him?
Someone so full of life.

Papah was someone who rode a bike to Bali with his friends when he was in senior high school,
tapi sempat marah ketika aku minta sepeda untuk sekolah waktu SMP di Jogja.
"Anak perempuan kok naik sepeda, kalo ada apa-apa di jalan gimana?
Naik becak aja!"
Toh, akhirnya ijin keluar juga ^_^

Papah adalah seorang bapak yang membolehkan anak-anaknya bermain hujan waktu kami masih kecil di samarinda,
yang tidak ragu menyekolahkan anaknya sendirian ke Jawa begitu lulus elementary school,
yang setuju waktu anak perempuannya bercita-cita jadi atlet (walaupun ndak kesampaian...),
yang melarang aku ikut Pencinta Alam tapi akhirnya membelikanku tas carrier dan jaket gunung,
yang dengan cepat naik motor jam 1 malam keliling Jogja mencari apotik yang masih buka ketika aku diare,
yang sering marah-marah dan susah menunjukkan sisi emosinya yang lain (aku mirip papah ya?),
yang susah bersikap romantis terhadap mamah,
yang begitu bangga dengan anak-anaknya,
yang pencinta Inggris dan selalu menonton pertandingan di tv sendirian karena anak-anaknya ndak ada yang suka,

yang perokok berat sampai didiagnosa bone & lung cancer,
yang tidak pernah marah ketika IPK-ku ga naik-naik
dan selalu berpesan "just do your best,nin",
yang menghadiri wisudaku walau harus membawa-bawa oksigen,
yang terus tertawa waktu acara pernikahanku di rumah dan mengajak ngobrol teman-temanku,
yang meninggalkan kami semua pada usia 57 tahun.

Yang pasti sangat menyayangi Damar dan Dimas jika sempat melihat mereka...
My Dad was someone who asked his children to live an honest, humble, and meaningful life, no matter what...