Friday, October 9, 2009

A Not So Desperate Mommie

Ada perang besar akhir-akhir ini.
Antara Dimas dan the rest of pasukan D (plus mbak yuk).

Dimas Arga Nurtsany, jagoan kecil berambut ikal tipis itu sedang memasuki tahap pemberontakan. Ngga diajak jalan, nangis. Diajak jalan, nangis.
Dimasakin ikan, nangis. Dimasakin ayam, juga nangis.
Disuruh jangan nangis, tetep nangis. Disuruh nangis terus, tambah nangis.

I was wondering whether to collect his tears since the lack of water here.

Pagi ini, aku nyepeda ke warung untuk beli beras. Langit Balikpapan tidak seperti hari-hari sebelumnya, biru tanpa awan. A good day to eat ice cream with the space cadets. Jadi akhirnya pindahlah satu es krim coklat dan satu es krim strawberi ke tas belanjaan. Sampai di rumah es krim coklat langsung lenyap dimakan dimas yang memang sudah sebulan dilarang makan es krim karena batuk. Dan mulailah perang baru, on how to invade and occupy his brother ice cream.
Ketidakadilan itu kulawan dengan niat, kata-kata dan tindakan. Tindakan maksudnya time out di teras belakang.
Dan berakhir dengan tangisan disana-sini.
But, as usual, this time justice prevails.
Es krim Damar terselamatkan.

Key word is konsisten.
Dan non-violence. Ku-bold karena aku masih sering sekali harus berjuang sekuat tenaga menahan godaan untuk mencubit atau membentak. Saat-saat ketika anak 2 dan 5 tahun membuatmu merasa seperti anak 5 taun juga. Sama-sama ingin ngeyel, sama-sama ingin marah, sama-sama ingin mewek.

"Dimas, mamah ngga mau dipukul!"
"Imas mau mukul!"
"Mamah ngga mau!"
"Imas mau!"
"Ngga!"
"Mau!"

and so on...

Remember Gandhi said?
"I first learned the concepts of non-violence in my marriage."

A reminder for myself :
Bagaimana kita mengajarkan konsep non-violence ke anak-anak jika sebagai orangtua kita ngga bisa mencontohkan hal itu?
Satu cara jitu untuk menekan amarah adalah memposisikan diri kita di mata anak-anak. Apa yang dia liat di diri kita ketika pukulan, cubitan atau bentakan siap berterbangan?
Gabungan antara medusa, sadako dan dewi persik?

So, please, please...Gusti paringana sabar, paringana eling, sluman,slumun slamet donya akherat.

Children seldom misquote you. In fact, they usually repeat word for word what you shouldn't have said. -Anonymous



It's just another Friday.
I hope it'll be a good friday for everyone, including everyone in government (semoga tikus-tikus berkurang, I get sick reading the same news and watching the same face everyday), Padang, Kenya (I saw the malnutrition problem there in aljazeera yesterday), Jerusalem, Gaza, and in every corner of the world.

We'll be doing gardening and learning to do backyard composting tomorrow.

1 comment:

Anonymous said...

Gimana ya mbak nahan sabar...punya anak kecil kudu kuat man...hehe...