Sunday, November 22, 2009

Little Things, Always the Little Things.

Mark Twain said "Remember the poor, it costs nothing".

Apa sih, definisi "poor"? Miskin?
Hidup dibawah 1 $? Di bawah 2 $?
Tidak punya rumah? Tidak punya pekerjaan?
Hopeless? Homeless?

Jangan salah.
Ada yang merasa 'miskin' itu karena tidak punya mobil mewah.
Ada yang merasa 'miskin' ketika ngga bisa beli blackberry terbaru.
Ada yang merasa miskin karena ngga beli baju bermerek di mal.
Ada yang merasa miskin karena ngga dapet keistimewaan dan kemudahan yang dimiliki para pejabat dan orang 'hebat'.

Miskin karena selalu merasa kekurangan.

Tapi lupakanlah miskin yang itu, balik ke miskin yang ada di berita akhir-akhir ini.

Seorang nenek dipenjara karena 'memungut' 3 biji buah kakao.
Seorang kakek dipukul dan diseret karena menentang penggusuran.
Seorang PSK dibiarkan tenggelam di kali ketika sedang dikejar-kejar.
Aku yakin kalo digoogle maka akan panjang sekali daftarnya...

Dan tulisan kali ini bukanlah ingin membahas dari sudut hukumnya bla bla bla, karena sudah mahfum sekali bahwa hukum itu bukanlah keadilan. Law is not justice. It never is.
Tapi ingin bertanya pada sendiri, have I remembered enough.
Lebih lagi, have I done enough.

Seorang sahabat berkata,
"Dee, lahir-belajar jalan ngomong-tk-sd-smp-sma-kuliah-kerja-nikah-punya anak-memastikan anak mengikuti hal2 tersebut-mati adalah, devil cycle. I dont know where's thing 'so-called' life on that cycle"

Aku bilang, dia harus mengalami semuanya dulu baru bisa tau.

Dan dijawab,
"No i dont have to. Just by thinking about what our country had become. Its a sad fact that there's actually only few people give it a damn, because they been trapped on their own tired old line. There's no time to think about others. Let alone the nation. Busy to save their own asses, and they dont even realize that's what's happened. Its a false joy"

There. My life is a false joy.
And we're just some kinda robot.
How nice.
Just perfect for this gloomy cloudy november days.

Tapi tentu saja, ini harusnya suatu kritik membangun.
I'm still searching the constructive part.

Kritik membangunnya mungkin adalah bagaimana kita bertanya pada diri sendiri, "Apa yang salah dari komunitas kita? masyarakat kita? negara kita? Is it the custom? The education system? What?"
Jika belum terjawab, masih ada pertanyaan selanjutnya yang menunggu, "Apa solusinya?"

Aku selalu berpikir, sesuatu dimulai dari hal terkecil. Dari diri sendiri. Satu demi satu.
Klise.
Tapi sesuatu itu klise mungkin karena itu memang benar.
And yea, I haven't done enough. I'm crawling.

So, when my simple so-called life, with my simple kinda family, seems not enough..well, I cannot blame my idealistic sarcastic friend. We can always agree to disagree, right?
Just don't expect me to stop believing that maybe we, stupid silly nerdy simple people, can actually make a difference. By doing little things.

2 simple things to remember and share with dynamic duo (again):
1. Simpen krincing kita
2. Pisahin dan kurangi sampah dengan ngubur sampah dapur.

Last but never least...listen to your children. Respect them. So they'll listen and respect others.
Do you realize that your children spend less than 20 years with us, then go on to spend another 60 years, 70 years, 80 or maybe even more on this planet. What goes on in our home with them today seems so small it hardly even matters in the grand scheme of things. Yet what we do in our home can affect society for many years to come.

Itu salah satu solusiku, mate, ketika kamu nanya apa nanti Damar Dimas sempet mikirin negaranya.

Bertanya pada Damar the jegrag and Dimas the jambul.
Ketika mereka pengen roti tawar instead of nasi buat makan siang, aku bukan bilang, "Harus makan nasi! Mamah udah capek-capek masak! Arrgghh! Grrrr! Aum!" and so on.
Tapi aku bertanya, "kenapa ngga mau makan nasi?" dan dijawab Damar, "nanti mah, abis makan roti."

Pertanyaan. Jawaban.
Pilihan. Konsekuensi.

Semoga dengan memberikan mereka pertanyaan dan pilihan, someday when they're older, mereka bisa menentukan pilihan yang terbaik bukan cuman untuk diri mereka sendiri tapi juga lingkungan di sekitar mereka. Semoga mereka, entah itu mengikuti 'that tired old line' atau sebaliknya menjadi biksu selibat yang mengabdikan diri untuk menyelamatkan dunia, menjadi manusia yang bermanfaat.

This stupid simple me is still learning, for God sake!


(www.art.com)

No comments: