Ketika akan pulang dan membuka pintu mobil, seorang ibu tua berbaju lusuh dan menggotong karung menyapa, "Dek, mau mangga?". Jarang-jarang dipanggil dek..
Akhirnya aku dan Damar jongkok di pinggir jalan ngobrol sama ibu itu.
Rumahnya jauh. Satu plastik berisi 5 butir mangga dijual 12 ribuan. Sekarung mangga tadi dibeli dengan harga 85 ribu. Sekarung berisi belasan plastik.
Akhirnya kubeli mangganya seharga sebuah majalah national geographic traveller terbaru yang memuat 55 gunung terindah di indonesia.
Mahal? Tidak kalo mengingat si ibu tua ini naik-turun bukit-bukit di Balikpapan di bawah terik matahari Desember sambil menggotong karungnya.
Sebelum pulang aku dan Damar ke Hero dulu, mau beli jamur. We're addicted to mushroom lately. Seplastik seharga 15 ribu. Di persimpangan menuju Balikpapan Baru seorang anak berkulit hitan legam menawarkan korannya, "Cuma 2000, buk!". Di pinggir jalan ada anak lain yang lebih kecil, duduk sambil menyipitkan matanya karena terik.
Aku menyesal tidak membawa susu kotak di tasku.
I was just like any other hypocrit who felt sorry for them but didn't do a think to make things better.
That old woman, those street children, would they still be doing what they're doing if we're not one of the most corrupt country in the world?
I guess there's only one thing money won't buy, and that's poverty.
“Heaven is above all yet; there sits a judge.That no king can corrupt.”
Happy Anti Corruption Day.
No comments:
Post a Comment