Monday, October 13, 2008

Breaking the silence

Friends, have you ever heard about this group?



Breaking the Silence (Hebrew: שוברים שתיקה‎ Shovrim Shtika) adalah suatu gerakan yang diprakarsai oleh veteran tentara Israel atau IDF (Israel Defense Force). Salah satu pendirinya adalah Yehuda Shaul, yang ikut diwawancarai dalam dokumenter Daniel Bunuel "Don't tell my mom that I'm in The Holy Land" yang kutonton hari Minggu 12 Oktober kemarin di National Geographics Channel.

Daniel berkunjung ke Gaza, Jerusalem dah Hebron. Di kota Hebron dia mengikuti sebuah tur yang dijuluki The Independent, sebuah kantor berita di Inggris, sebagai " The world's strangest guided tour".



Pemandunya adalah Yehuda Shaul, mantan tentara Israel yang dengan janggut, kippa beludru hitam and sandalnya terlihat seperti pemukim (settler) Yahudi lainnya. Para pemukim memanggilnya "Hamas with Kippa"








Selama tur, bahkan sejak masih di dalam bus, pemukim-pemukim Yahudi yang terekam kamera tim Diego tidak hentinya menghina Yehuda dan mengganggu anggota tur yang terdiri dari beberapa warga negara Amerika dan warga negara Israel dari kota Yerusalem. Polisi Israel tidak berbuat apa-apa dan hanya mengikuti jalannya tur sambil merekam dengan kamera. Setiap orang merekam orang lainnya. Polisi, pemukim, anggota tur dan cameraman Diego saling merekam satu sama lain. What a strange situation! Mungkin hal itu sebagai antisipasi jika terjadi sesuatu.


Perjalanan 'wisata' itu bermula di Shuhada Street, yang dulu adalah toko dan rumah-rumah penduduk Palestina dan sekarang menjadi settlers' security zone. Bangunan-bangunan tersebut sekarang telah dikosongkan, beberapa bagian depannya dilukis dengan bintang Daud ( Remind you of what happened during the holocaust, right?). Jalanan yang hanya boleh dilalui oleh pemukim dan militer Israel ini dulunya adalah jalan utama kota yang sebagian besar dihuni keturunan Arab.













Dengan tetap diikuti beberapa pemukim yang terus berteriak-teriak mereka melanjutkan perjalanan menuju rumah dua keluarga Palestina yang masih bertahan disana diantara ratusan pemukim Yahudi. Mereka adalah Abu Ayesha dan Abu Heikel. Anggota tur diajak berbincang-bincang dengan mereka. Tentang bagaimana penghinaan dan penganiayaan fisik sering mereka terima dari tetangga mereka yang Yahudi. Tentang fakta bahwa penting bagi mereka ketika Yehuda Shaul mengajak orang-orang Israel yang menjadi anggota tur untuk menjadi tamu di rumah mereka. Untuk menunjukkan kepada anak-anak mereka bahwa ada orang Yahudi yang tidak bermasalah dengan mereka.


Di dokumenter tersebut terlihat seorang Yahudi tua berteriak-teriak dari balkon rumahnya. Dan Abu Heikel hanya tersenyum sambil berteriak kepadanya, "Please, we have guests here!"


And that's Diego Bunuel story through his film about Hebron.


Ada beberapa hal yang kupikirkan sewaktu menonton episode holy land itu.

Bagaimana rasanya hidup sebagai orang palestina di tanahnya sendiri?
There are no jobs, there are no hope, there are no respect.
Anak-anak kecil berjalan ke sekolah dengan ancaman lemparan batu dan hinaan dari pemukim Yahudi.
Wanita dan orangtua tidak bisa mendapatkan ijin ke rumah sakit dan meninggal karena tidak mendapatkan perawatan medis yang diperlukannya (mungkin di Indonesia seperti datang ke rumah sakit dan disuruh pulang karena tidak dapat membayar...).
Supir truk dan pedagang harus menunggu berjam-jam di perbatasan dan ditembaki militer Israel hanya untuk mendapatkan suplai bahan makanan.

Dan dinding yang lebih tinggi dan lebih panjang dari tembok berlin sekarang memenjarakan penduduk palestina di halaman rumahnya sendiri.


And you said Palestinian are terrorists?


On the other hand,
aku teringat pernah mendengar di sebuah pengajian di Salman ITB, bahwa Yahudi itu musuh Islam.

Apakah benar demikian? Jew is not Zionist.

Bukankah tidak sedikit orang Yahudi di dalam maupun di luar negara Israel yang dibenci dan dihina bahkan dikucilkan oleh lingkungan (Yahudi)nya karena tidak takut mengkritik Zionisme seperti yang dilakukan Yehuda Shaul dan teman-temannya?
Bukankah tidak sedikit Yahudi dan western people yang disebut anti semit karena mendukung keadilan untuk Palestina?

Bukankah Mesir yang notabene negara dengan mayoritas penduduk Islam juga menutup pintu perbatasannya dengan Gaza?
Bukankah tenaga kerja wanita kita banyak mendapat siksaan dan pelecehan di negara-negara Timur Tengah yang memberlakukan hukum shariah?


Apakah kita Tuhan?
Kapankan kita bisa berhenti menyamaratakan semua orang?
Kapankah kita berhenti menghakimi semua orang?


Ketika melihat pemukim-pemukim Yahudi yang berteriak-teriak menghina dan membentak-bentak Yehuda Shaul dan teman-temannya aku teringat akan beberapa orang yang ada (juga) di Indonesia. Orang-orang yang atas nama agama merasa diri dan kelompoknya paling benar, yang tidak bisa mendengarkan orang lain, tidak bisa berdialog, menghalalkan kekerasan, bahkan memukul dan menendang anak-anak, wanita dan orangtua.


Not in my name, please! Not in my God's name.


I'm speechless.

It's a daunting process of writing... :(



No Peace Without Justice. Peace Not Apartheid.






No comments: