Thursday, May 21, 2009

Take Three Steps Back



Damar Alif Muhammad, 5 tahun Juli ini, dulunya anak yang temperamental. Sejak bayi sampai sebelum adeknya lahir dia akan terbangun tengah malam atau pagi-pagi buta dan menangis keras. Sering sambil nendangin aku dan papahnya yang tidur bareng dia. Bicaranya juga sedikit telat dibanding anak umur 2-3 taun, waktu itu. Dan SANGAT aktif! Kerjaannya berantem dengan tante Ruwi, yang awal-awal kami di Jakarta sering mampir ke bintaro sektor 4 sepulang kerja (Miss you, Ruuuu....).

Sampai Dimas berumur 9 bulan di rumah hanya ada kami, praktis sebelum adeknya lahir Damar dan aku hanya berdua. Jadi kemanapun aku pergi dia ikut. Apapun yang kulakukan dia duduk di sebelahku sambil membawa mainan favoritnya. Sampai aku kebelet sakit perutpun dia ngotot mau ikut masuk ke kamar mandi...ugh!
Ada masa-masa sangat capek sehingga aku marah-marah. Ada malam-malam ketika dia tidur aku akan menangis, nyesel kenapa kehabisan kesabaran lagi sebelumnya.

Jangan-jangan Dewo waktu itu bingung, mana sebenarnya yang harus dibawa ke psikolog, anaknya atau ibunya, hehehe...

Setelah Dimas lahir dia jadi lebih anteng. Pelan-pelan jatuh cinta sama adeknya. Sekarang dia sangat sayang dan (hampir!) ngga pernah marah kalo diganggu. Aku inget dulu sering ngasih tau, "Nak, jangan mukul temen atau adek ya. Dipukul itu sakit. Kalo mau berantem teriak aja. Panggil Mamah atau guru."

Sejak umur 3.5 tahun dia sempet jadi anak bawang di dua playgroup. Pertama di Kaffa deket Plaza Bintaro, kedua di Al Kautsar di deket kompleks Althia. Kusebut anak bawang karena masuknya ngga di awal tahun ajaran, dan keluar sebelum selesai. Aku juga ngga menekankan dia harus bisa mbaca atau apapun (temen-temennya di Kaffa banyak yang dimasukkan les mbaca sebelum umur 4 tahun). Yang penting dia have fun dan berteman.

Ada beberapa hal yang sempet jadi kekhawatiranku. Entah kenapa, dia sering jadi korban bullying waktu pertama masuk sekolah. Sekali kepalanya berdarah gara-gara dipukul pake kursi oleh seorang temennya di Kaffa, padahal dia sedang duduk bermain sendiri. Kalo di rumah, adeknya lebih garang dari masnya. Bekas gigitan Dimas di perut dan pipinya belum hilang sampe sekarang.

Akhirnya aku sempat berdebat sama papahnya. Apakah baik seorang anak hanya diajarkan mengalah dan tidak membalas? Sebentar lagi anak-anak akan menjalani hari-harinya jauh dari pengawasan 24 jam kita, apa mereka bisa membela dan melindungi dirinya sendiri?

I have to admit this, sempet aku bilang ke Damar, "Mengelak, Nak! Tangkis, kalo adek mau mukul, nggigit atau ngelempar. Jangan diam aja." Atau kalo udah kuesel buanget, "Cubit tangan adek kalo adek nggigit!"

Hasilnya?
Sampai hari ini, si adek masih suka iseng. Ngga ada angin, ngga ada ujan nggigit. Atau ngelempar masnya pake balok-balok kayu yang diculik dari 'stasiun' atau 'kastil' yang lagi dibangun si Mas. Dan sebagai tambahan, sekarang masnya sering di'cuwewek' (istilah Mbak Yuk), dicubit pipi kanan-kirinya...kayaknya ucapanku tentang mencubit malah menginspirasi serangan alternatif.

Time Out masih belum terlalu efektif. Omelan atau bentakan? 100% pasti gagal! Heran aku, sudah tau ngga ngefek marahin anak seperti itu masih ngga bisa total ngga dilakukan juga...Maafkan mamahmu ya, Nak!

Ketika lagi pusing, beberapa waktu yang lalu aku mbaca a must-read-blog Leila El Saba, one of my blogger friends. Dan ada post yang sangat me-recharge. Mengingatkan lagi dengan tendangan keras di hatiku.


Advice for the President from my seven-year-old:

Don't litter.
Take down the war.
Save water.
Tell friends don't fight or I'll tell Mama and you'll be in a time out.
If somebody fights with you, take three steps back.
If you see a good teacher, tell him or her.


Jika seseorang berkelahi denganmu, ambil tiga langkah ke belakang.

Tell your children that it is alright to say 'no' if someone tries to hurt them. But never, never tell your children that it is alright to hurt someone.

You know what, I've learned much more from my kids than they ever learned from me. Perhaps,I need them more than they me.


1 comment:

Anonymous said...

mmm... seru juga anak 5 tahun...

klu di rumah, anak saya rifqi (5 taon) vs Diva ( 2 taon) tidak kalah seru... kaka nya suka ngeledekin... adiknya "suka" diledekin... yaw dah deh... terjadilah perang saudara...

wahh lama ga mengunjungi "rumah" mbak nina...

salam buat keluarga...