Dan semua orang (termasuk saya ^^) sibuk berkomentar. Ada yang kasihan, ada yang mencela Malaysia, ada yang mengutuk KBRI di Malaysia dan Singapura, ada yang menghina si Ibu, bla bla bla...
Ah, yang penting dia sudah pulang.
Tapi sda beberapa hal yang menjadi pemikiranku.
Pertama, bagaimana kedutaan negara kita melindungi warganya di luar negeri. Sudah menjadi rahasia umum bagaimana buruknya kedubes dalam mewakili kepentingan TKI/TKW di luar negeri. KBRI di Malaysia pernah (atau masih?) menjadi sarang koruptor yang mengambil uang jerih payah pekerja migran kita. Dalam kasus Manohara ini dikatakan KBRI Singapura sempat menolak permintaan tolong Manohara dengan mengatakan "Hari Minggu kami libur, telpon lagi hari Senin."
Kedua, bagaimana institusi pernikahan yang seharusnya menjadi sarana untuk menuju kebaikan dapat berjalan sangat salah. Yaitu ketika agama tidak lagi menjadi pegangannya.
Beberapa contoh kejadian dengan latar belakang agama:
Seorang ustad muda yang sering muncul di infotaiment pernah berbicara di depan kamera "Jika seorang istri mengetahui betapa mulianya kedudukan suami di mata Allah, maka dia tidak akan mau menentangnya".
Seorang suami menghendaki istri untuk memilih antara menemani suami atau orangtua istri yang sedang sakit keras. Hal ini menyebabkan sang Istri memilih menemani suami dan tidak sempat bertemu lagi dengan Ayahnya.
Di mana Islam berperan di kejadian-kejadian di atas?
Dalam pengertianku Islam adalah Sunnah of Love, seperti yang ditulis Hymie Ali di blognya. Dan Tuhanku adalah Tuhan Yang Paling Penuh Kasih Sayang. Karena itu tidak ada manusia yang lebih rendah dari manusia lain. EQUALITY adalah hal yang sangat ditekankan dalam Islam.
Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa :
... Even as the fingers of the two hands are equal, so are human beings equal to one another. No one has any rights, any superiority to claim over another. You are as brothers. O men, your God is One and your ancestor is one. An Arab holds no superiority over a non-Arab, nor a White over a Black person, nor vice-versa, but only to the extent to which he discharges his responsibility to God and man. Only the God-fearing people merit a preference with God.
Dan bahwa belajar adalah kewajiban bagi setiap muslim, baik perempuan maunpun laki-laki. Jadi ketika di suatu sudut dunia ada sekelompok orang yang melarang anak perempuan bersekolah, bahkan menyiram mereka dengan air keras, itu bukan Islam.
Dalam lingkaran kehidupannya, seorang wanita dapat menjadi tiga peran :
1. Sebagai anak perempuan.
Nabi Muhammad mengatakan : 'He who brings up his daughters well, and makes no distinction between them and his sons, will be close to me in Paradise.'
2. Sebagai istri.
'The best from among you is one who behaves best towards his wife.' (Hadith)
3. Sebagai ibu.
Kita semua pernah mendengar bahwa 'Surga ada di telapak kaki ibu' dan bahwa Nabi Muhammad menekankan kata 'Ibu' tiga kali sebelum menyebut kata 'Bapak'. Dan ini berlaku untuk semua, tidak peduli gendernya. Jadi jika ada suami yang menghalangi istrinya untuk berbakti kepada orangtuanya, rasanya itu bukanlah suami yang sebaiknya diikuti dan 'tidak ditentang'. Karena kewajiban seorang istri terhadap suami tidak boleh menghilangkan hak orangtua terhadap anaknya. Begitu juga sebaliknya.
Nabi Muhammad adalah seorang suami yang tidak malu membantu istrinya mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Beliau rela tidur di depan pintu rumah daripada membangunkan istrinya. Dan tidak pernah memaksakan kehendak. Bahwa dalam Islam pekerjaan domestik dan mendidik anak adalah PEKERJAAN. Yang bahkan lebih berat dari pekerjaan di luar rumah.
Jika sudah ada contoh sedemikian jelasnya, kenapa masih terjadi kekerasan dalam rumah tangga? Dan ketika telah terjadi kekerasan dan kriminalitas seperti itu kenapa masih ada yang membela pelaku kekerasan dan menyalahkan korban?
Ketika di dalam rumah sendiri tidak dapat dijalankan syariah yang benar bagaimana syariah dalam konteks yang lebih luas dapat dijalankan?
Anak-anak harus diberi pemahaman sejak dini, bagaimana menghormati orang lain. Anak-anak laki-laki harus mengerti bagaimana menghormati dan melindungi ibu dan saudara-saudara perempuan mereka. Untuk selalu berkata-kata baik dan siap menolong. Dan bagaimana mereka memperlakukan wanita di kemudian hari adalah cerminan perlakuan hormat mereka kepada ibu dan saudara perempuan mereka.
Anak-anak perempuan ditanamkan pentingnya pendidikan dan berpikir mandiri. Bahwa dengan segala kewajiban dan hak-haknya mereka adalah manusia yang sama indah dan mulianya dengan kaum laki-laki. Dan di masa depan mereka tidak akan membiarkan diri mereka diperlakukan tidak baik oleh siapapun juga.
Jadi, next time ada yang menyakiti atau memaksakan kehendak kepada istrinya, orang itu pasti lupa bahwa laki-laki termacho, teristimewa, terbaik adalah laki-laki yang paling lembut dan paling sayang terhadap keluarganya...
Sebaliknya, perempuan yang paling baik juga yang paling sayang sama suami dan anak-anaknya ^^
Ini adalah sebagian percakapan seorang Bedouin dengan Rasulullah (Khalid ibn al Walîd):
Q: I wish to be the richest man in the world.
A: Be contented, and you will be the richest man in the world.
Q: I'd like to be the most just man.
A: Desire for others what you desire for yourself, and you will be the most just of men.
Q: I want to be the best of men.
A: Do good to others and you will be the best of men.
Walahualam.
1 comment:
Hahaha...yes he should.
Thanks YA, it's very kind of you! You wrote in Indonesian better than I in English :)
Post a Comment