Sunday, January 11, 2009

Mereka Punya Pilihan (terjemahan bebas jam 3 pagi...)

Aku menonton Aljazeera kemarin.
Reporter mereka pergi ke Tel Aviv dan bertanya pada warga Israel. 91 % rakyat Israel mendukung penyerangan atas Gaza kali ini. Tapi seorang wanita setengah baya, seorang ibu mungkin, mengatakan sesuatu yang menghantuiku sampai sekarang.
Wanita Israel ini ditanya apa pendapatnya tentang wanita dan anak-anak yang tewas di Gaza dan apakah hal itu bisa dibenarkan. Ini jawabannya.

"Sure, it breaks my heart when I see things like this. But no one cares when it happens to us. We suck it up and keep quiet. We don't show the whole world and complain. We don't let it get to us. Because our women don't shout and cry like the Arab women do"

Aku tidak percaya ada manusia yang bisa mengatakan hal seperti itu, di saat seperti ini.

Anak-anak mereka tewas dan mereka bahkan tidak berhak untuk menangis?
Hak-hak dasar mereka dihilangkan dan menurutnya mereka tidak perlu berteriak?

Temanku bilang, "Saya mulai muak dengan kebodohan orang-orang sini. Jangan tersinggung ya? kamu kan termasuk yang mengutuk Israel kan? Mereka manusia juga. There's no such thing like occupation. It just grows hatred. Jews believe, Palestina itu tanah yang dijanjikan oleh Tuhan. Coba mengerti mereka. Think like them. Bayangkan kalo Damar dan Dimas tewas oleh roket Hamas. Sometime we don't give them a chance." Dan bla,bla,bla...

Aku terlalu capek untuk menuliskan apa yang kukatakan padanya. Argumen dan fakta yang sama, I guess.

And here we are. The warwatchers.
Duduk nyaman di depan televisi kita. Berharap dunia berubah.
Terlalu banyak kekerasan, di semua pihak.
They're just warwatchers.
Datang dari kota-kota kecil di selatan Israel dengan teropong dan mobil mewah mereka. Tertawa dan bercanda sementara sebuah bom meledak di atas gaza.
War tourists.

Ya, temanku tersayang.
Aku marah.
'Orang-orang sini' marah.
Seluruh dunia marah.
Dan kamu tidak bisa menyalahkan mereka untuk itu.
Mereka tidak bodoh, tidak membabi-buta.
Kamu tidak bisa mengatakan, "Israel ngga punya pilihan". Israel punya.

Israel bisa menghentikan serangan.
israel bisa menghentikan isolasi mereka terhadap Gaza.
Israel bisa memulai dialog baru.
Dan berhenti menyalahkan orang lain untuk setiap anak yang mereka bunuh.

Mereka punya pilihan.
Seperti Jonathan Benartzi, keponakan Benyamin Netanyahu yang menjadi warga Israel pertama yang disidang dan dipenjara karena menolak bergabung dengan militer.
Seperti Yonathan Saphira, the man who didn't walk by.
Dia dikeluarkan dari angkatan udara israel tahun 2003 karena menolak menjatuhkan bom di Wilayah terokupasi Palestina (see? kamu naive teman, kalo bilang there isn't any occupation!) ketika dia menganggap akan banyak penduduk sipil yang akan menjadi korban.
Seperti warga israel lain yang tergabung dalam Jewish Voice for Peace, termasuk 1000 orang Israel yang berdemo di jalanan tel Aviv, mengutuk serangan ke Gaza.

Jadi aku ngga akan memahami kenapa kamu marah ketika jalanan macet oleh Demo anti Israel dan kamu sedang terburu-buru. And i won't apologize for that.

Dan TIDAK, berapa kali aku harus bilang padamu, dan siapapun yang menganggap ini masalah agama, fanatisme buta. Aku tidak membenci Yahudi atau Kristen atau sesama Muslim (walau sedikit kasian dengan ekstrimis dari sisi manapun).
Tidak ingin mengusir kaum zionis ke Kutub Utara (ide yang sedikit terlalu menggoda akhir-akhir ini...). Tidak peduli apapun agama, bangsa atau warna kulit mereka.

At the end of the day (kata favorit Ayman Mohyeldin, i hope he stays safe...), we're not them. We can only think how it feels to be them.
we are the warwatchers.

4 comments:

KangBono™ said...

Waduh Nin, koq isine Gaza kabeh?

Btw, kalo diizinken aku akan me-link-kan blogmu di daftar blogroll-ku.

nina said...

Menulis apa yang ada di hati dan kepala, Kang ^^
Saiki, hati dan kepalanya banyak ke sana. Punten.

KangBono™ said...

Jadi?

Diizinken tidak?

nina said...

oalah, nunggu jawaban toh?
yo diijinken lah! ^^
thanks yak,bro.